Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM bersama Academic Health System UGM mengadakan Halalbihalal Virtual bertajuk “Momentum Perbaikan Diri dan Silaturahmi Menuju Soliditas Umat” bersama Prof. Dr. KH. Haedar Nashir, M.Si. Digelar pada Senin (24/05), acara ini dihadiri lebih dari 600 orang.
Acara diawali dengan lantunan ayat suci Al Quran oleh dr. Ide Pustaka Setiawan, M.Sc., Sp.OG (Departemen Pendidikan Kedokteran dan Bioetika FK-KMK UGM). Dilanjutkan dengan pembacaan ikrar halalbihalal yang diwakili oleh Yulistiarini Kumaraningrum, M.M. dari tenaga pendidikan FK-KMK UGM, dr.Gunadi, PhD., Sp.BA, dari perwakilan dosen FK-KMK UGM, dan Dr. dr. Nahar Taufiq, Sp.JP(K) dari RSUP dr.Sardjito. “Dengan segala kerendahan hati, kami menyadari sebagai makhluk yang banyak kelemahan, kami memohon maaf lahir dan batin atas segala kesalahan dan kekhilafan perkataan dan tingkah laku yang telah kami perbuat selama berinteraksi, bekerjasama, dan memberikan pelayanan.”
Dalam acara ini, Dekan FK-KMK UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., SpOG(K)., Ph.D. menyampaikan sambutannya. “Sebulan penuh kita berupaya melaksanakan ibadah baik yang wajib, maupun yang sunnah di bulan Ramadan, kembali berikrar untuk sungguh-sungguh menjalankan perintah Allah, dan meninggalkan larangannya. Pertanyaanya apakah kita termasuk orang-orang yang telah lulus ujian tersebut? Idulfitri merupakan hari kemenangan yang kita nantikan, dan karenanya habluminallah dan habluminannas harus kita imbangkan dan serasikan agar kita termasuk orang yang beriman sempurna.”
Memasuki acara utama, yakni hikmah syawalan, Prof. Haedar Nashir mengungkapkan bahwa sebenarnya kita diajarkan untuk menahan diri, disisi lain sebagai manusia, kita membutuhkan hal-hal indrawi, tetapi tidak boleh berlebihan. Maka, setelah sebulan kita berpuasa, kita mestinya menjadi orang-orang yang terlatih untuk mengendalikan nafsu duniawi.
“Kita mampu mengimplementasikan pengendalian diri untuk melawan nafsu sehingga menjadi manusia yang bertakwa,” ujar Prof. Haedar Nashir.
Prof. Haedar Nashir yang juga dikenal sebagai Ketua Umum Muhammadiyah ini kemudian menyampaikan bahwa dalam konteks perbaikan diri, ciri orang bertakwa ada tiga yang tertera pada surat Ali Imran 134, yaitu orang yang menginfakkan sebagian hartanya di kala lapang dan sempit. Di era pandemi ini, ada orang di-PHK atau penghasilannya menjadi sedikit, tapi maukah kita berbagi? Kalau tidak bisa berbagi harta, sedekah bisa dengan yang lain, misal berempati dengan para tenaga kesehatan yang bekerja ekstra di masa pandemi dengan cara menjaga protokol kesehatan. Ciri yang kedua adalah bisa menahan marah, dan berikutnya memberi maaf kepada orang lain.
“Perbaikan diri dimulai dari transformasi nilai puasa yang konkrit, jika ini dilakukan maka akan meningkatkan kualitas ketakwaan kita,” ujar Prof. Haedar Nashir.
Dalam paparannya, ia juga mengingatkan pentingnya silaturahmi yang dapat menghubungkan persaudaraan karena ikatan darah dan sosial. Silaturahmi tidak hanya diartikan sebagai menjaga hubungan yang sudah baik, tetapi juga menghubungkan koneksi kita yang sudah terputus. Kalau kita tidak pandai bersilaturahmi dan terus merawat keretakan, maka dapat berdampak pada persatuan bangsa.
“Dengan perbaikan diri dan silaturahmi yang hakiki kita menjadi pribadi yang lebih solid, lalu kita bisa membangun rumah tangga yang sakinah mawadah wa rahmah dalam dinamika, dan kemudian kita bisa menyebarkan nilai-nilai damai, kasih sayang, kepedulian, dan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” pungkasnya.