Rabu (15/9), AHS UGM kembali menggelar Pelatihan Penguatan PONEK dan PONED di Bantul. Acara lanjutan ini diadakan melalui Zoom Meeting dan dimoderatori oleh dr. Akbar Novan Dwi Saputra, Sp.OG. Ada empat pembicara dalam pelatihan ini antara lain dr. Diannisa Ikarumi Enisar Sangun, SpOG(K), Dr. dr. Eugenius Phyowai Ganap, SpOG(K), Dr. dr. Tunjung Wibowo, M.Kes., SpA(K), dan dr. Shinta Prawitasari, M.Kes., SpOG(K).
Pada sesi pertama, dr. Diannisa membawakan materi berjudul “Asuhan Pra-Konsepsi: Optimalisasi Peningkatan Kesehatan Maternal-Perinatal”. Asuhan pra konsepsi adalah asuhan yang komprehensif dari sisi medis, modifikasi perilaku dan sosial bagi pasangan sebelum terjadinya konsepsi.
“Tujuannya untuk membuat kualitas kehamilan lebih baik, tidak hanya dari segi medis, tetapi juga mental, sosial, dan ekonomi, serta kualitas parenting nantinya,” jelas dr. Diannisa.
Semua pasangan yang merencanakan kehamilan memerlukan asuhan prakonsepsi. Namun, ada beberapa kelompok dengan kebutuhan khusus, yaitu pasangan dengan riwayat obstetri buruk, kondisi sosial ekonomi rendah, ODHA, pasangan dengan komorbid dan penyakit kronis, riwayat kelainan genetik, dan malnutrisi.Mengacu pada WHO, ada beberapa lingkup intervensi sebelum kehamilan yang bisa ditawarkan, diantaranya konseling nutrisi, konseling genetik, lingkup infeksi menular seksual, pendidikan kesehatan reproduksi, lingkup infertifilitas/subfertilitas, dan sebagainya.
Materi selanjutnya bertajuk “Strategi Optimalisasi Sistem Rujukan” dipaparkan oleh Dr. dr. Eugenius Phyowai Ganap, SpOG(K). Dalam paparannya, dr.Phyo menjelaskan bahwa sistem rujukan yang baik dimana terjadi pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus/masalah kesehtan yang timbul, baik secara horizontal maupun vertical, baik untuk pengiriman penderita, pendidikan, maupun penelitian.
“Konsep baru yang ditawarkan adalah perbaikan di semua level keterlambatan. Di level 1, kita sosialisasikan manual rujukan secara berkala, kemudian di level 2 dilakukan pengaturan alur rujukan, dan pada level 3 peningkatan response time dan quality of care di RS PONEK,” tuturnya.
Pada sesi ketiga, Dr. dr. Tunjung Wibowo, M.Kes., SpA(K) menjelaskan “Kegawatdaruratan Neonatus” yang mengupas tentang resusitasi dan stabilisasi neonatus. Ia menjelaskan bahwa ada tiga target utama resusitasi antara lain membuka paru dan menjaganya tetap terbuka, menurunkan tahanan vascular paru, meningkatkan aliran darah ke paru untuk terselenggaranya proses disfungsi di dinding alveoli.
Ia menambahkan bahwa neonatus sangat fragile dan memiliki risiko organ injuries. Bila resusitasi kurang tepat maka komplikasi semakin berat dan membutuhkan penanganan lebih kompleks.
Di sesi terakhir, dr. Shinta Prawitasari, M.Kes., SpOG(K) memaparkan tentang “Danger Sign Kehamilan di Tiap Trimester”. Menurutnya, buku KIA sudah cukup lengkap untuk mendeteksi berbagai tanda bahaya selama kehamilan.
“Sekitar 20% kehamilan masuk kehamilan risiko tinggi. Skrining yang ditambahkan dalam buku KIA yang baru adalah skrining preeklampsia dan penyakit lain, seperti penyakit menular, tidak menular, gangguan jiwa, dan masalah gizi,” kata ucap dr. Shinta.
Acara ini dihadiri lebih dari 40 peserta yang terdiri dari dokter umum, bidan, perawat , dokter spesialis obstetri dan ginekologi, serta dokter spesialis anak. Dalam waktu dekat, AHS UGM akan mengadakan drill secara luring untuk memantapkan kompetensi para tenaga kesehatan terkait kegawatan maternal di RSUD Panembahan Senopati dan berbagai puskesmas di Kabupaten Bantul.
Materi selengkapnya pada pelatihan ini dapat diakses pada link berikut.
Ilustrasi ikon: Icons 8 from Ouch!
Pada sesi pertama, dr. Diannisa membawakan materi berjudul “Asuhan Pra-Konsepsi: Optimalisasi Peningkatan Kesehatan Maternal-Perinatal”. Asuhan pra konsepsi adalah asuhan yang komprehensif dari sisi medis, modifikasi perilaku dan sosial bagi pasangan sebelum terjadinya konsepsi.
“Tujuannya untuk membuat kualitas kehamilan lebih baik, tidak hanya dari segi medis, tetapi juga mental, sosial, dan ekonomi, serta kualitas parenting nantinya,” jelas dr. Diannisa.
Semua pasangan yang merencanakan kehamilan memerlukan asuhan prakonsepsi. Namun, ada beberapa kelompok dengan kebutuhan khusus, yaitu pasangan dengan riwayat obstetri buruk, kondisi sosial ekonomi rendah, ODHA, pasangan dengan komorbid dan penyakit kronis, riwayat kelainan genetik, dan malnutrisi.Mengacu pada WHO, ada beberapa lingkup intervensi sebelum kehamilan yang bisa ditawarkan, diantaranya konseling nutrisi, konseling genetik, lingkup infeksi menular seksual, pendidikan kesehatan reproduksi, lingkup infertifilitas/subfertilitas, dan sebagainya.
Materi selanjutnya bertajuk “Strategi Optimalisasi Sistem Rujukan” dipaparkan oleh Dr. dr. Eugenius Phyowai Ganap, SpOG(K). Dalam paparannya, dr.Phyo menjelaskan bahwa sistem rujukan yang baik dimana terjadi pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus/masalah kesehtan yang timbul, baik secara horizontal maupun vertical, baik untuk pengiriman penderita, pendidikan, maupun penelitian.
“Konsep baru yang ditawarkan adalah perbaikan di semua level keterlambatan. Di level 1, kita sosialisasikan manual rujukan secara berkala, kemudian di level 2 dilakukan pengaturan alur rujukan, dan pada level 3 peningkatan response time dan quality of care di RS PONEK,” tuturnya.
Pada sesi ketiga, Dr. dr. Tunjung Wibowo, M.Kes., SpA(K) menjelaskan “Kegawatdaruratan Neonatus” yang mengupas tentang resusitasi dan stabilisasi neonatus. Ia menjelaskan bahwa ada tiga target utama resusitasi antara lain membuka paru dan menjaganya tetap terbuka, menurunkan tahanan vascular paru, meningkatkan aliran darah ke paru untuk terselenggaranya proses disfungsi di dinding alveoli.
Ia menambahkan bahwa neonatus sangat fragile dan memiliki risiko organ injuries. Bila resusitasi kurang tepat maka komplikasi semakin berat dan membutuhkan penanganan lebih kompleks.
Di sesi terakhir, dr. Shinta Prawitasari, M.Kes., SpOG(K) memaparkan tentang “Danger Sign Kehamilan di Tiap Trimester”. Menurutnya, buku KIA sudah cukup lengkap untuk mendeteksi berbagai tanda bahaya selama kehamilan.
“Sekitar 20% kehamilan masuk kehamilan risiko tinggi. Skrining yang ditambahkan dalam buku KIA yang baru adalah skrining preeklampsia dan penyakit lain, seperti penyakit menular, tidak menular, gangguan jiwa, dan masalah gizi,” kata ucap dr. Shinta.
Acara ini dihadiri lebih dari 40 peserta yang terdiri dari dokter umum, bidan, perawat , dokter spesialis obstetri dan ginekologi, serta dokter spesialis anak. Dalam waktu dekat, AHS UGM akan mengadakan drill secara luring untuk memantapkan kompetensi para tenaga kesehatan terkait kegawatan maternal di RSUD Panembahan Senopati dan berbagai puskesmas di Kabupaten Bantul.
Materi selengkapnya pada pelatihan ini dapat diakses pada link berikut.
Ilustrasi ikon: Icons 8 from Ouch!