Academic Health System (AHS) merupakan fokus utama kinerja Dekanat Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM Tahun 2022-2027. Sesuai dengan visi dan rencana strategis AHS UGM yaitu menjadi sistem kesehatan komprehensif melalui harmonisasi universitas, rumah sakit pendidikan, dan practice plan berbasis teknologi informasi, Maka dibutuhkan unit fungsional khusus untuk peningkatan pemanfaatan teknologi informasi pada fasilitas kesehatan. Hasil dari pemanfaatan teknologi diantaranya akses data lebih mudah, ketersediaan jenis serta jumlah data yang bervariasi sehingga mampu digunakan untuk pengembangan penelitian kesehatan dan peningkatan kualitas pelayanan di fasilitas kesehatan.
Tanggal 7 maret 2022 lalu, telah dilakukan tandatangan perjanjian kerjasama antara RSUP Dr. Sardjito, Rumah Sakit Akademik dan FK-KMK UGM mengenai pelepasan data dari rumah sakit untuk digunakan ke dalam platform Big Data AHS. Data yang telah disepakati yaitu E-Klaim JKN Tahun 2017 hingga 2021, data dianonimkan sesuai dengan Permenkes 269/2008 untuk melindungi privasi dan kerahasiaan pasien.
Oleh karena itu, pada 22 September 2022 telah berlangsung acara “Launching Inisiasi Big data AHS” secara bleended meeting di Grha Sabha Pramana Lantai 1, Yogyakarta. Acara ini dilaksanakan secara full daring berbarengan dengan acara HRIE menggunakan platform Zoom dan Youtube live streaming.
Dalam acara peluncuran inisiasi Big Data AHS mendapatkan sambutan dari dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., Dekan FK-KMK UGM, dr. Mei Neni Sitaresmi, Sp.A(K), Ph.D, selaku CEO AHS UGM, dr. Eniarti, M.S., Sp.KJ., M.M.R, Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito serta Singgih Wijayana, S.E., M.Si., Ph.D Direktur Keuangan dan Administrasi Umum RSA UGM. “Data adalah bahan bakar pembangunan kesehatan. Data dapat memperkuat kebijakan, manajemen ataupun pelayanan kesehatan. BigData AHS UGM merupakan platform yang dapat difungsikan untuk pengembangan penelitian pelayanan yang berbasis konektivitas, infografis dan analisis” tutur dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D.
Acara ini juga mendatangkan Setiaji, S.T, M.Si, bagian dari Digital Transformation Office Kementrian Kesehatan dan April Ekawati Utami dari Kemendikbud RI untuk menyampaikan terkait kebijakan kemenkes dalam pemanfaatan Big Data kesehatan serta pengelolaan Big Data.
Tantangan data dan sistem kesehatan yang saat ini terjadi yaitu data kesehatan yang diproduksi setiap hari berukuran besar, beberapa data yang sama dikumpulkan dalam aplikasi yang berbeda, sulit dilakukan interoperabilitas dan integrasi data kesehatan nasional, serta kebijakan kesehatan belum berbasis data. Digitalisasi kesehatan dapat dimulai dari awal kehidupan salah satunya pemanfaatan data rekam medis perkembangan janin di kandungan hingga lansia. Contoh lain pemanfaatan Big Data dalam kesehatan yaitu manajemen integrasi data dengan kamus farmasi dan alat kesehatan, menghubungkan data tenaga kesehatan dalam layanan kesehatan, dashboard satu data kesehatan, dan pengembangan aplikasi PeduliLindungi menjadi Citizen Health APP agar memiliki fungsi kesehatan lebih luas.
”Ekosistem Big Data Kesehatan dapat menjalankan fungsi predictive analytics dibantu menggunakan AI (Artificial Intelligence). Kekuatan Big Data sangat penting bukan hanya meningkatkan presisi tapi juga akurasi dalam pengambilan keputusan. Termasuk juga model sistem rujukan, dengan AI bisa membangun sebuah basis algoritme berdasarkan kondisi klinis dan riwayat pasien yang kemudian sistem AI akan merekomendasikan dokter dan rumah sakit yang sesuai” tutur Setiaji, S.T, M.Si.
Selanjutnya, perwakilan dari Kemendikbud memaparkan materi terkait pengembangan Big Data pendidikan tinggi bidang kesehatan.” Suatu data bisa di advanced kan dengan literasi teknologi. Aspek humanis harus tetap dijaga seiring dengan pengaruh pengembangan teknologi. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Big Data adalah cyber security (keamanan data)” ungkap April perwakilan Kemendikbud. Big Data dapat digunakan sebagai sumber untuk landasan pembuatan kebijakan kolaborasi antara Kemendikbudristek dan Kemenkes dalam upaya peningkatan kualitas sistem pendidikan dan pelayanan kesehatan. AHS memiliki peran dalam sistem pemenuhan dan pengelolaan SDM kesehatan berbasis wilayah. Kemendikbudristek mendukung percepatan pengembangan AI melalui platform yaitu program kampus merdeka.
Terdapat pula talkshow Big Data yang dihadiri beberapa pembicara. Prof.dr.Ali Ghufron Mukti,M.S., Ph.D, Direktur Utama BPJS Kesehatan menyampaikan penjelasan tentang bagaimana BPJS mengolah data berukuran besar sehingga saat ini dapat digunakan untuk pengambilan keputusan atau kajian kesehatan lainnya. “Per detik terdapat 837 dan minimal 72 juta/hari data yang dihasilkan oleh BPJS. Selanjutnya data tersebut akan dikumpulkan dan diproses menjadi luaran berbentuk informasi sehingga dapat digunakan untuk kepentingan kebijakan maupun kebutuhan penelitian” ungkapnya. Data tersebut terintegrasi dengan aplikasi Pcare yang memudahkan masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan terutama berkaitan dengan layanan BPJS.
Hadir Narasumber lainnya diantaranya dr. Ahmad Watsiq Maula, S.Ked., MPH. dari FK-KMK, Petrarca Karatji, Pulse Lab Jakarta, dan Atina Husnayain, Ph.D Dosen Monash University Indonesia. dr. Ahmad Wasiq Maula, MPH membagikan pengalaman inisiasi data AHS UGM yaitu data e-klaim. Data yang tersedia kemudian bisa dijadikan variabel penelitian untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Atina Husnayain, Ph.D menjelaskan tentang pengelolaan data klaim kesehatan di Taiwan. Berbeda dengan di Indonesia, jika di Taiwan database kesehatan dari seluruh populasi sedangkan di Indonesia sebagian sampel populasi. NHI (National Health Insurance) database Taiwan digunakan pada bidang akademik dengan menghasilkan banyak publikasi jurnal bereputasi. Data NHI juga digunakan dalam pengembangan artificial intelligence application pilot project.
Terakhir hadir dari Pulse Lab, Petrarca Karatji untuk membagikan pengalaman pengelolaan data kesehatan pulse lab. Sejak tahun 2013 hingga 2021 telah terjadi peningkatan sumber data yang diperoleh yang digabungkan sehingga menghasilkan berbagai analisis untuk membantu kebijakan pemerintah. Diantaranya contoh hasil manajemen data yaitu data pola migrasi penduduk di Palu pada saat terjadi gempa bumi Tahun 2018, dan pembuatan peta identifikasi penyebaran covid-19 di Jawa Barat. Ia menyampaikan harapan untuk AHS selain dapat memberikan fungsi metodologis juga dapat memberikan perubahan pada sistem atau layanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat sehari-hari.