Health tourism merupakan perpaduan antara Medical tourism dan Wellness Tourism. Medical tourism merupakan suatu perjalanan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan baik berupa pengobatan maupun pemeliharaan kesehatan lainnya. Sedangkan Wellness tourism adalah suatu perjalanan dengan tujuan untuk membuat tubuh menjadi lebih sehat yaitu melalui pengobatan atau kegiatan pelayanan kesehatan tradisional sesuai dengan budaya dari suatu wilayah/negara. Perbedaan Medical tourism dan Wellness tourism terletak pada jenis pengobatan atau pelayanan yang diinginkan.
Pada Jumat, 11 November 2022 telah diselenggarakan kegiatan “Pengembangan Proposal Wellnees & Medical Tourism melalui Kerangka Kerja Academic Health System UGM” di University Club Hotel UGM. Kegiatan ini dihadiri oleh beberapa perwakilan dari Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Jejaring AHS diantaranya Rumah Sakit Akademik UGM, RSUD Banyumas, RSUD Wates, RSUD Sleman, serta dua pembicara dari Fakultas Farmasi dan Fakultas Teknik UGM.
Pemaparan materi pertama oleh Dr. Djoko Santosa, M.Si terkait Pengembangan Tanaman Herbal untuk pengembangan Health Tourism di Desa Donokerto Turi Sleman. Ia menyampaikan Desa Donokerto, Turi memiliki tanaman herbal yaitu kencur hitam (Kaempferia parviflora) yang dapat dikembangkan menjadi tanaman major agromedicine. Kencur hitam mengandung senyawa flavonoid yang berperan sebagai antioksidan serta memiliki manfaat antikanker. “Pengembangan produknya tidak hanya dalam bentuk segar, dapat pula berbentuk simplisia (bentuk kering) supaya masa simpannya lebih lama. Selain itu dapat dikembangkan dalam bentuk minuman instan maupun teh celup. Dalam rencana kedepan, perlu membangun jejaring dan sinergi seperti adanya galeri jamu untuk Health Tourism yang difasilitasi dengan informasi menarik serta bisa menyediakan herbal berstandar atau kosmetika alami” tutur Dr. Djoko.
Selanjutnya Dr. Eng. Muhammad Sani Roychansyah., S.T., M.Eng, D.Eng memaparkan materi tentang Pengembangan Desa Wisata. “Pengembangan desa wisata yaitu dengan melihat potensi yang dapat dikembangkan yang dimiliki wilayah tertentu. Perlu adanya pengkajian subjek atau pasar dari desa wisata kesehatan. Prinsip desa wisata diantaranya; suatu wilayah harus memiliki keunikan atau keaslian (sumber daya alam, aktivitas), melekat pada masyarakat, nilai, dan daya dukung. Selanjutnya keunikan yang ada perlu dibranding agar diketahui oleh masyarakat di wilayah lain” Ungkap Dr. Sani.
Sesi terakhir yaitu pengembangan proposal yang di fasilitasi oleh dr. Sri Awalia Febriana, M.Kes., Sp.KK(K), Ph.D. Hasil dari pengembangan proposal berupa pemetaan beberapa topik proposal yang akan dikembangkan menjadi penelitian dan perencanaan agenda workshop untuk pengembangan proposal selanjutnya.