Jumat (9/4), Kelompok Kerja (POKJA) KIA FK-KMK UGM, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK-KMK UGM, dan Academic Health System (AHS) UGM dengan dukungan oleh WHO Indonesia menyelenggarakan webinar bertema Pengelolaan Kesehatan Ibu dan Anak yang Aman di Masa Pandemi Covid-19.
Webinar yang diadakan dalam rangka Annual Scientific Meeting (ASM) FK-KMK UGM ini, diikuti oleh lebih dari 130 peserta secara daring. Acara terbagi menjadi 2 sesi materi yang dibawakan oleh oleh dr. Irwan Taufiqur Rachman, SpOG(K)-KFM dan dr. Alifah Anggraini, MSc, Sp.AK (FK-KMK UGM), serta 1 sesi pembahasan yang dihadiri oleh perwakilan Dinas Kesehatan di D.I. Yogyakarta.
Pada sesi pertama, materi tentang situasi KIA dan sistem manual rujukan KIA di masa pandemi disampaikan oleh dr. Irwan Taufiqur Rachman, SpOG(K)-KFM yang merupakan dokter di RSUP Dr. Sardjito dan staf pengajar Bagian Obstetri dan Ginekologi. Pada kasus maternal COVID-19 sebenarnya serupa dengan kasus non-maternal, daya tular cukup cepat, yakni sebesar 2,5, artinya 1 orang dengan COVID-19 dapat menularkan hingga 2-3 orang di sekitarnya. Namun, wanita hamil lebih berpotensi dirawat di rumah sakit dan lebih berisiko untuk masuk ICU dengan ventilasi mekanis dibandingkan dengan wanita tidak hamil.
“Apalagi, hampir 2/3 ibu hamil yang terinfeksi menunjukkan gejala asimptomatik sehingga banyak tenaga medis yang tidak merasa pasien yang dihadapinya menderita Covid-19,” imbuh dr. Irwan.
Permasalahan lain adalah pedoman nasional terkait Covid-19 selalu berubah mengikuti kondisi terkini dan sesuai dengan scientific evident, ditambah dengan tidak semua fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan tidak mempunyai SDM dan fasilitas yang sama dalam mengelola maternal COVID-19.
“Sangat penting melakukan customize SOP di tiap layanan ini, yang penting bagaimana bisa melakukan sesuai standar minimal,” ujar dr.Irwan.
Idealnya, dilakukan universal screening menggunakan RT-PCR bagi semua ibu hamil pada usia kehamilan 38 minggu. Namun, jika logistik tidak memadai, maka dapat dilakukan selected screening yang didasarkan pada gejala klinis, riwayat kontak, atau hasil rapid test.
Lebih lanjut, dr. Irwan juga menjelaskan tentang alur rujukan maternal dan neonatal COVID-19, rekomendasi asuhan neonatal pada COVID-19, serta tatalaksana terapi COVID-19 pada kehamilan, selama, dan pasca persalinan.
Memasuki sesi kedua, dr. Alifah Anggraini, MSc., Sp.AK (RSUP Dr. Sardjito) menyampaikan materi mengenai layanan kesehatan neonatal esensial di masa pandemi. Hal ini patut disoroti karena bayi baru lahir harus beradaptasi secara cepat dari intrauterine ke ekstra urine.
“Pada proses adaptasi ini, adaptasi yang paling penting pada sistem pernapasan dan kardiovaskuler. Untuk bisa bertahan hidup di ekstra urine, bayi memerlukan perawatan dasar,” tutur dr. Alifah.
Perawatan neonatal esensial saat lahir meliputi perawatan neonatus pada 0-30 detik, kemudian pada 30 detik-90 menit, dan pada 90 menit-6 jam. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bayi memerlukan ventilasi pada tidak. Kewaspadaan standar sedikit berbeda karena ada risiko penularan melalui aerosol, misalnya pada proses resusitasi saat persalinan.
dr. Alifah juga menyebutkan bahwa di awal terdapat tantangan berupa ruangan isolasi untuk ibu dan bayi masih bergabung dengan ruang isolasi pasien dewasa non-maternal. Namun, pada dasarnya pemilihan ruangan ini didasarkan pada kondisi, misalnya jika ibu terkonfirmasi Covid-19 tanpa gejala dan kondisi bayi bugar, maka tidak ada alasan untuk memisahkan keduanya.
“Tidak ada penelitian yang menemukan SARS-CoV-2 di air ASI sehingga tetap harus dilakukan konseling laktasi pada ibu yang menderita Covid-19,” ucap dr. Alifah.
Ibu dengan Covid-19 dapat menyusui, namun perlu mematuhi protokol antara lain, mengenakan masker saat menyusui, mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi, dan melakukan disinfeksi pada permukaan yang disentuh. Ibu perlu menggunakan wadah ASI yang aman sebab virus dapat mencermari permukaan dalam wujud droplet.
Pandemi Covid-19 telah mempengaruhi berbagai aspek, termasuk kesehatan ibu dan anak. Diharapkan dengan adanya manual rujukan ini ada menghilangkan keraguan dalam memberikan pelayanan.