COVID-19 varian Omicron telah ditetapkan sebagai Variant of Concern oleh World Health Organization pada bulan November lalu. Varian ini memiliki tingkat penularan dan virulensi yang tinggi, serta mampu menurunkan efektivitas vaksin. Hingga kini, Omicron telah menyebar di puluhan negara, seperti Indonesia, Inggris, India, Amerika, Australia, dan negara lainnya.
Pemerintah Indonesia sendiri telah melakukan berbagai upaya untuk menghadapi varian yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan ini. Mewaspadai COVID-19 Varian Omicron, AHS UGM turut bersiap dengan menggelar Webinar Edukasi bagi Tenaga Kesehatan di Wilayah Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta pada Jumat (24/12) lalu.
“Masih banyak kesimpangsiuran informasi terkait varian Omicron ini sehingga membuat banyak pihak bingung bagaimana respon yang paling tepat saat ini. Forum ini untuk meningkatkan pemahaman bersama tentang varian ini sehingga tenaga kesehatan dapat mempersiapkan diri lebih baik dalam mengantisipasi dampak masuknya varian Omicron apabila nanti terdeteksi di wilayah AHS,” tutur dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., FRSPH (Wakil Dekan Bidang Kerjasama, Alumni, dan Pengabdian Masyarakat FK-KMK UGM) dalam sambutannya.
Webinar ini dipandu oleh Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH.,M.Kes., MAS. dan diawali dengan materi Karakteristik Varian Omicron yang dibawakan oleh Prof. dr. Tri Wibawa, Ph.D., Sp.MK. Ia mengawali paparannya dengan penjelasan tiga tipe varian SARS-CoV-2 yang merupakan akibat dari mutasi dan rekombinasi, yaitu Variants Under Monitoring (VUM), Variants of Interest (VOI), dan Variants of Concerns (VOC), dimana VOC merupakan level paling parah. Perubahan genetik menyebabkan perubahan karakteristik virus yang semakin melebar dan semakin berimbas pada aspek epidemiologi, dari mulai prevensi, diagnosis, hingga terapi. Berbeda dengan VOC lainnya, Omicron tidak dimulai dari VUM dan VUI, tetapi langsung menjadi VOC dalam 2 hari.
Omicron memiliki 60 mutasi dimana banyaknya mutasi ini menyebabkan perubahan kemampuan saat menginfeksi dan antibodi yang terbentuk karena vaksin kemungkinan tidak bisa melawan. “Alasan omicron menjadi concern karena mutasi dapat membuat virus menghindar dari respon imun dan membuat COVID-19 tidak dikenali antibodi, serta menimbulkan potensi peningkatan transmisi,” jelas Prof. Tri.
Pada sesi selanjutnya, webinar ini menampilkan materi bertajuk “Tinjauan Epidemiologis dan Implikasi pada Kebijakan” yang disampaikan oleh Prof. dr. Hari Kusnanto Josef, Dr.PH., Sp.KKLP. dan materi “Aspek Klinis Varian Omicron” oleh dr. Ika Trisnawati, M.Sc., Sp.PD-KP. Materi selengkapnya dapat diakses pada laman berikut.