Jakarta, 22 Juli 2025 — Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) resmi meluncurkan Program Akselerasi Peningkatan Akses dan Mutu Pendidikan Tenaga Medis, Selasa (22/7), sebagai langkah strategis untuk mempercepat pemenuhan dan pemerataan dokter serta dokter spesialis di seluruh wilayah Indonesia. Program ini merupakan bentuk nyata komitmen dalam mewujudkan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, khususnya di bidang kesehatan dan pendidikan tinggi, melalui pendekatan Sistem Kesehatan Akademik.
Menteri Kemdiktisaintek, Prof. Brian Yuliarto, menegaskan bahwa pendidikan tinggi harus bertransformasi menuju arah yang lebih berdampak. “Pendidikan tinggi harus berorientasi pada akses, mutu, relevansi, dan dampak. Kita perlu menghasilkan tenaga medis yang berkualitas, sekaligus mendorong hilirisasi riset yang mampu berkontribusi langsung pada sistem pelayanan kesehatan nasional,” ungkapnya.
Program ini merupakan implementasi dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024, serta bagian dari inisiatif strategis Diktisaintek Berdampak yang tertuang dalam Rencana Strategis Kemdiktisaintek. Akselerasi ini diwujudkan dalam bentuk kemitraan antara perguruan tinggi, rumah sakit pendidikan, pemerintah daerah, TNI/POLRI, dan mitra swasta yang terlibat dalam sistem kesehatan akademik.
Peluncuran ini turut menandai dimulainya aksi kolaboratif lintas sektor melalui penandatanganan komitmen kemitraan oleh berbagai institusi dari enam wilayah SKA. Hadir dalam acara ini antara lain Wakil Menteri Kemdiktisaintek Fauzan dan Stella Christie, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, serta perwakilan dari Kementerian Dalam Negeri, TNI, Polri, pemerintah daerah, dan jajaran perguruan tinggi serta rumah sakit pendidikan.
Dalam pidatonya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan pentingnya isu pemerataan dokter spesialis sebagai kebutuhan nasional yang mendesak. Data Kemenkes menunjukkan, meskipun Indonesia memiliki 136 Fakultas Kedokteran (FK), distribusi lulusan dokter spesialis masih belum merata, dengan 59% terkonsentrasi di Pulau Jawa. Setiap tahun, sekitar 3.600 dokter spesialis dihasilkan dari 25 FK yang memiliki 358 program studi spesialis dan subspesialis.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Kemdiktisaintek telah membentuk Satuan Tugas Akselerasi guna menjalankan program quick wins mulai tahun 2025, yang mencakup tiga strategi utama:
1. Pembukaan program studi baru dan peningkatan kuota mahasiswa dokter spesialis dan subspesialis melalui model kemitraan perguruan tinggi.
2. Penempatan residen senior di rumah sakit pendidikan prioritas untuk mempercepat pelayanan di daerah.
3. Penguatan kolaborasi lintas sektor dengan Pemerintah Daerah, K/L dan dan stakeholders lainnya.
1. Pembukaan program studi baru dan peningkatan kuota mahasiswa dokter spesialis dan subspesialis melalui model kemitraan perguruan tinggi.
2. Penempatan residen senior di rumah sakit pendidikan prioritas untuk mempercepat pelayanan di daerah.
3. Penguatan kolaborasi lintas sektor dengan Pemerintah Daerah, K/L dan dan stakeholders lainnya.
Kolaborasi dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) juga telah dilakukan untuk mendorong pembukaan 148 program studi baru di 57 FK, bekerja sama dengan lebih dari 350 rumah sakit pada periode 2025–2026. Targetnya adalah peningkatan jumlah kuota mahasiswa spesialis menjadi sekitar 8.000 orang per tahun pada 2026, dengan output lulusan mencapai 6.000 dokter spesialis per tahun pada 2030.
Di tingkat sarjana kedokteran, saat ini terdapat sekitar 18.000 mahasiswa baru FK setiap tahun. Dengan proyeksi pertambahan FK menjadi 144 pada 2025 dan peningkatan kelulusan Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD), diperkirakan Indonesia akan mampu menghasilkan lebih dari 48.000 dokter pada 2025–2030.
Hingga kini, 16 FK telah menjalankan strategi penempatan residen senior bekerja sama dengan pemerintah daerah di wilayah SKA, dengan sekitar 200 residen senior yang difokuskan pada spesialisasi prioritas. Sementara itu, sekitar 200 rumah sakit milik pemerintah daerah dan 40 rumah sakit milik TNI/POLRI siap terlibat dalam inisiatif ini. Keterlibatan 32 provinsi dalam program ini menunjukkan semangat gotong royong lintas sektor yang kuat.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdiktisaintek, Khairul Munadi, menyampaikan bahwa peluncuran ini adalah tonggak awal dari aksi kolektif untuk menjawab kebutuhan tenaga medis yang kompeten dan terdistribusi secara merata. “Peluncuran program ini merupakan awal aksi kolektif Komite Bersama Kemdiktisaintek dan Kemenkes bersama seluruh pemangku kepentingan,” tegasnya.
Melalui program ini, Kemdiktisaintek berharap seluruh pemangku kepentingan dapat berkontribusi secara aktif, memberikan pemikiran kritis, serta solusi konkret dalam mendukung transformasi pendidikan, penelitian, dan layanan kesehatan.
“Kolaborasi adalah kunci. Kami akan terus mendorong sinergi demi mewujudkan pendidikan tinggi dan tenaga medis yang bermartabat, kompeten, dan mampu meningkatkan kualitas kehidupan bangsa,” pungkas Menteri Brian Yuliarto.
Inisiatif ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera) dan SDG 4 (Pendidikan Berkualitas), serta SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan). Dengan pendekatan akademik yang kolaboratif, berbasis bukti, dan berdampak nyata, Kemdiktisaintek meneguhkan komitmennya dalam mencetak tenaga medis unggul untuk Indonesia yang lebih sehat dan merata.