AHS UGM kembali mengajak masyarakat untuk menyelami ilmu seputar COVID-19. Rabu kemarin (8/3), webinar berjudul “Update COVID-19 pada Anak-anak dan Dampaknya terhadap Kebijakan Pembelajaran Tatap Muka” diadakan melalui media daring.
Acara ini dibuka langsung oleh Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., PhD. Untuk merespon puncak pandemi yang diprediksi terjadi pada bulan Maret ini, Prof. Ova mengungkapkan bahwa pemahaman dan persiapan bersama dibutuhkan untuk meminimialisir risiko dampak COVID-19. Varian Omicron memiliki kecepatan penularan yang lebih tinggi daripada varian Delta dan disinyalir mampu menghindari antibodi yang telah dibentuk vaksin, juga menurunkan efektivitas alat skrining dan terapi. Anak merupakan kelompok rentan, dikuatkan dengan informasi dari IDAI bahwa tren kasus positif pada anak meningkat pada gelombang ketiga.
“Padahal, kebijakan penerapan pembelajaran tatap muka 100 persen di sekolah menurut SKB 4 Menteri telah dikeluarkan sehingga hal ini perlu ditinjau ulang dan dikaji. Pembatasan mulai digiatkan kembali, namun perlu didiskusikan mana yang menjadi prioritas sambil melihat dinamika di lapangan,” ujar Prof. Ova.
Dipandu langsung oleh Direktur Eksekutif AHS UGM, dr. Mei Neni Sitaresmi, Sp.A(K)., PhD., acara ini terbagi menjadi dua sesi. Pada sesi pertama, Dr. dr. Ida Safitri Laksanawati, Sp.A(K). (Dosen Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK-KMK UGM) menyampaikan tentang “Update COVID-19 pada Anak dan Kebijakan Pembelajaran Tatap Muka”, berikutnya pada sesi kedua Didik Wardhaya, SE., MM., M.Pd. selaku Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga D.I. Yogyakarta memaparkan tentang “Perkembangan COVID-19 dan Pembelajaran di Sekolah”.
Secara umum, jelas dr. Ida, risiko terinfeksi COVID-19 pada anak dan dewasa adalah sama. Namun, risiko transmisi lebih rendah pada lingkungan pendidikan dibandingkan pada lingkungan komunitas. Ketika terjadi peningkatan kasus di komunitas, maka di lingkungan sekolah akan ikut naik, namun tidak sebaliknya.
Vaksinasi merupakan strategi utama dalam menghadapi pandemi COVID-19. Penerapan protokol kesehatan berlapis dapat mendukung kebijakan pembukaan sekolah. Strategi berlapis ini dimulai dari tanggung jawab yang bersifal personal/tingkat individu hingga tanggung jawab tingkat kelompok. Strategi personal ini berupa penerapan protokol kesehatan seperti menjaga jarak, disiplin memakai masker, cuci tangan, serta penerapan etika batuk dan bersin. Sementara, mengoptimalkan lingkungan sekolah menjadi tanggung jawab bersama, seperti menjaga ventilasi udara yang baik, skrining dan disinfeksi berkala, serta contact tracing.
“Di masa pandemi ini terjadi learning loss, pembelajaran dan kompetensi yang seharusnya didapatkan tapi tidak dicapai. Hal kedua yang timbul adalah learning gap karena adanya perbedaan status sosio-ekonomi. Semakin lama pembelajaran jarak jauh akan meningkatkan learning gap antara siswa dengan status sosio-ekonomi tinggi dengan siswa berstatus sosio-ekonomi rendah,” tutur Didik dalam paparannya.
Ia juga mengkhawatirkan bila pembelajaran jarak jauh ini terus berjalan dalam waktu lama, maka akan berdampak pada penurunan penghasilan secara permanen setelah anak lulus kemudian masuk kerja. Keterlibatan dan kerjasama pengawasan dan pemantauan oleh orang tua sangat diperlukan ketika dilakukan pembelajaran jarak jauh. Peran masyarakat juga diperlukan sehingga status PPKM atau jumlah kasus menurun sehingga dapat diadakan pembelajaran tatap muka kembali.
Pembaca dapat mengunduh materi webinar ini melalui laman berikut. Webinar ini juga dapat dilihat kembali pada kanal Youtube AHS UGM.