Academic Health System Universitas Gadjah Mada (AHS UGM) kembali mengadakan webinar dalam rangka meningkatkan strategi dan pemahaman tenaga kesehatan dalam menangani COVID-19 varian Omicron. Bertajuk “Sinkronisasi Tatalaksana Diagnostik dan Alur Pengiriman Sampel antara Laboratorium dan Rumah Sakit dalam Penanganan Varian Omicron”, acara ini mendatangkan dua narasumber yaitu Prof. dr. Tri Wibawa, Sp.MK(K)., PhD. dan dr. Gunadi, Sp.BA., PhD., serta dua penanggap yaitu dr. Ika Trisnawati, M.Sc., Sp.PD. dan dr. Riyat Alkhoir, Sp.PK(K).
Pada sesi pertama, Prof Tri membawakan materi tentang Awareness Diagnostik Varian Omicron. Ia menjelaskan bahwa saat ini hanya ada dua alat tes yang bisa mendeteksi COVID-19, yaitu tes antigen dan PCR. Namun, menurut sebuah studi, tes rapid antigen mengalami penurunan sensitivitas yang signifikan ketika mendeteksi varian Omicron. Guna mengatasi hal ini, ia mengatakan bahwa pengambilan spesimen dari nasal dan orofaring (tidak hanya dari nasal) akan meningkatkan sensitivitas dari 68% ke 81%.
Sementara tes PCR untuk mendeteksi COVID-19 tidak mengalami gangguan akurasi. Adapun, metode S-Gene Target Failure (SGTF) dapat mendeteksi Omicron subvarian BA.1 namun tidak bisa mendeteksi subvarian BA.2. Hal ini dikarenakan pada subvarian BA.2 tidak ada delesi asam amino pada posisi 69-70 pada protein spike.
Pada sesi berikutnya, dr. Gunadi menjelaskan ada beberapa jejaring laboratorium surveilans genom virus SARS-CoV-2 yang ditunjuk di Indonesia. Di Yogyakarta sendiri ada 3 labortatorium yang bertugas melakukan Whole Genome Sequencing (WGS) antara lain Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT UGM), Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLP DIY), dan FK-KMK UGM bersama Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta.
“Pemeriksaan WGS tidak dilakukan pada semua sampel yang dikirimkan, tetapi dilakukan berdasarkan target WGS bulanan yang dihitung menggunakan rumus yang ditetapkan oleh ahli epidemiologi. Target WGS ditentukan per bulan dan per provinsi, dihitung berdasarkan total kasus provinsi dikali 600 dibagi total kasus nasional,” ungkap dr. Gunadi.
Target pemeriksaan WGS ini diambil dari rumah sakit rujukan dan komunitas. Kriteria kasus untuk pemeriksaan WGS sendiri diprioritaskan pada beberapa orang misalnya, orang dengan riwayat infeksi dan infeksi ulang, anak dengan usia dibawah 18 tahun pada wilayah yang mengalami peningkatan kasus anak, orang dengan autoimmune disorder dan penyakit komorbid, dan orang yang menjadi partisipan uji coba vaksin.
“Peran genomic surveillance adalah mendeteksi sublineage omicron BA.2 sehingga dapat melakukan mitigasi secara lebih sigap,” pungkas dr. Gunadi.
Acara yang dihadiri lebih dari 300 peserta ini diadakan Jumat, 4 Maret 2022 lalu melalui media daring. Webinar ini dapat disaksikan ulang melalui kanal Youtube AHS UGM dan materi dapat diunduh pada laman berikut.