Di masa pandemi COVID-19 ini, arus informasi melaju deras melalui media sosial. Webinar Livedokter hadir untuk memberikan informasi kesehatan yang tepat dan berbasis bukti ilmiah. Bekerjasama dengan KAGAMADOK, FK-KMK UGM, dan SONJO, webinar ini telah diselenggarakan Minggu (8/8) dan disaksikan lebih dari 1000 orang.
Ada tiga materi yang disajikan pada webinar ini. Pada sesi pertama, dr. Ika Trisnawati, M. Sc, Sp.PD-KP berbicara tentang deteksi dini dan tindak lanjut kegawatdaruratan pada pasien isoman. Sesi kedua dengan topik vaksinasi COVID-19 pada ibu hamil dibawakan oleh dr. Irwan Taufiqur Rachman, Sp.OG(K), sementara sesi ketiga dengan topik vaksinasi COVID-19 pada anak dipaparkan oleh dr. Mei Neni Sitaresmi, Sp.A(K)., Ph.D.
Ika mengawali paparannya dengan menjelaskan perbedaan isolasi dan karantina. Ia menjelaskan bahwa keduanya bertujuan untuk mengurangi risiko penularan dimana isolasi ialah upaya memisahkan seseorang yang terkonfirmasi COVID-19 dari orang yang sehat, sementara karantina adalah upaya memisahkan seseorang yang terpapar COVID-19 meskipun belum menunjukkan gejala atau sedang dalam masa inkubasi.
Ia menambahkan gejala yang paling sering terjadi pada COVID-19 adalah demam, batuk, keletihan, nyeri badan, dan anosmia. Saat isolasi di rumah, dapat dilakukan monitoring dengan thermometer dan oximeter. Suhu diatas 38 dan saturasi dibawah 94 merupakan tanda awal bahaya. Adapun, adanya sesak nafas, penurunan kesadaran, dan nyeri dada merupakan gejala serius COVID-19.
“Gangguan koagulasi paling sering terjadi dan menjadi penyebab utama kematian pada pasien COVID-19. Pasien dengan komorbid seperti diabetes, hipertensi, gangguan jantung, harus diawasi secara ketat. Bila ada komorbid, sebaiknya dilakukan cek laboratorium sebagai baseline penentuan amannya dilakukan isolasi mandiri,” ujarnya.
Lebih lanjut, dr. Ika menekankan bahwa dari awal muncul gejala sampai 1 minggu pertama adalah pemantauan yang paling ketat. Bila pada awal minggu kedua ada peningkatan gejala maka harus segera dibawa ke rumah sakit.
Pada sesi kedua, dr. Irwan menjelaskan platform vaksin yang saat ini tersedia di Indonesia aman digunakan bagi ibu hamil dan menyusui. Pada fase embrionik, embrio masih cukup rentan, maka sebaiknya vaksinasi dosis pertama dilakukan setelah umur kehamilan 12 minggu. Vaksin dosis pertama paling lambat diberikan pada umur kehamilan 33 minggu agar dapat memberikan proteksi pada ajhir trimester 2 dan 3.
Dalam sesi ketiga, dr. Mei Neni juga mendorong remaja (usia 12-17 tahun), termasuk remaja dengan kebutuhan khusus, agar segera melakukan vaksinasi. Selain sebagai perlindungan dari COVID-19, vaksin juga merupakan bagian dari persiapan pembelajaran tatap muka.
“Efek samping atau gejala yang timbul akibat vaksinasi lebih ringan/jarang dibandingkan bila harus terkena penyakit COVID-19,” ucap dr. Mei.
Pemberian vaksin COVID-19 aman dan bermanfaat bagi remaja dan ibu hamil. Namun, tentunya masyarakat tetap harus patuh protokol kesehatan agar pandemi segera berakhir. Webinar ini dapat disaksikan kembali melalui kanal Youtube Alumni FK-KMK UGM.