Academic Health System Universitas Gadjah Mada (AHS UGM) kembali mengadakan webinar dalam rangka mengenalkan Travel Medicine kepada masyarakat awam berkolaborasi dengan IDI DIY, PERKEDWI DIY, KAGAMADOK, dan Unit Alumni FK KMK UGM. Bertajuk “Berwisata yang Aman di Yogyakarta”, acara ini mendatangkan tiga narasumber yaitu dr. Yanri Wijayanti Subronto, PhD, SpPD-KPTI, Dr. Dr Ida Safitri Laksanawati, SpA (K), dan Dr. Dr IDA I Dewa Putu Pramantara S, SpPD-K.GER.
Pada sesi pertama, dr. Yanri membawakan materi tentang “Berwisata dengan Aman”. Ia menjelaskan bahwa penyakit yang berhubungan dengan traveling (wisata) adalah infeksi dan non-infeksi. Beberapa penyakit infeksi dan gejala yang sering berhubungan dengan wisata yaitu diare, masalah gastrointestinal, hepatitis A, malaria, dengue fever, infeksi parasit, tuberkulosis, typhoid fever, yellow fever, meningitis dan penyakit non-infeksi yaitu kardiovaskuler (mendadak atau bawaan sebelum travel), neurologis non-infeksi misalnya altitude related disease, motion sickness, keracunan makanan misalnya makanan laut, dan kecelakaan.
dr. Yanri menjelaskan bahwa konsultasi pra-perjalanan meliputi penilaian risiko, saran untuk mengurangi paparan terhadap risiko kesehatan, imunisasi, kemoprofilaksis, dan saran untuk perawatan diri. Ia juga menyebutkan bahwa terdapat empat penilaian risiko diantaranya risiko destinasi, moda transportasi, riwayat penyakit, dan risiko dari intervensi
“Rekomendasi imunisasi dewasa, misalkan imunisasi hepatitis A dimintakan pada saat traveling. Vaksin lain yang kadang diperlukan untuk traveling yaitu covid-19, meningoccal disease, yellow fever, hepatis A, hepatitis B, influenza, typhoid, paratyphoid fever, rabies, tetanus, dan lain-lain sesuai pedoman dan risiko,” tuturnya.
Beberapa penyakit yang sering terjadi dan perlu perhatian: asma, diabetes, psoriasis, arthritis, hipertensi, imunosupresi, riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan.
Sesi selanjutnya, dr. Ida membawakan materi yang berjudul “Berwisata Aman Bersama Anak di Yogyakarta”. Ia memaparkan data dari Kementrian Pariwisata tahun 2021 bahwa kunjungan wisatawan mancanegara dilihat dari kebangsaan yang paling tinggi datang ke Indonesia yakni Timor Leste, Malaysia, Papua Nugini, Tiongkok, dan Rusia, jumlah wisatawan berdasarkan gender 70% lebih banyak laki-laki, sisanya 20% perempuan, dan wisatawan anak belum diketahui secara jelas jumlahnya.
“Yogyakarta termasuk destinasi yang favorit setelah tempat-tempat lama seperti Bali atau tempat-tempat baru seperti Mandalika, Labuan Bajo, dan seterusnya,” ungkapnya.
Ia menambahkan destinasi favorit anak di DIY seperti Gembira Loka Zoo, Alun-Alun Kidul, Jogja Bay, Taman Pintar, Sindu Kusuma Edupark, Agrowisata Bhumi Merapi. Objek wisata menurut anak-anak dan remaja yang sangat instagrammable adalah Heha Sky View, Obelix, Puncak Segoro, Bhumi Merapi, South Shore. Selain itu, Yogyakarta juga mempunyai banyak wisata seperti wisata alam, kuliner, wisata edukasi, mall/pusat perbelanjaan.
dr. Ida menjelaskan jumlah kunjungan wisatawan di Yogyakarta sebetulnya trennya meningkat karena pandemi, mengalami penurunan dari 25,7 juta pada tahun 2018, pada tahun 2021 menjadi 11,6 juta. Menurutnya ada lebih dari 6800 penyakit yang didiagnosis pada wisatawan yang kembali dari Asia Tenggara, dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu: gangguan pencernaan (30%), demam (26%), gangguan kulit (35%).
“Yang perlu diperhatikan sebelum melakukan perjalanan adalah nasihat sebelum bepergian, perhatian saat dalam perjalanan, dan evaluasi setelah bepergian,” jelas dr. Ida
Ia juga menjelaskan penilaian risiko kesehatan khusus anak yang akan berwisata ke Yogyakarta, misalnya penyakit menular seperti covid-19, dengue, leptospirosis, penyakit yang biasa muncul dalam perjalanan, contohnya: diare, dehidrasi, risiko aktivitas dan lingkungan wisata, contohnya: perubahan cuaca, tenggelam, dan lain-lain.
Informasi yang diperlukan untuk penilaian risiko pada anak sebelum perjalanan meliputi: riwayat penyakit dahulu, kondisi khusus, riwayat vaksinasi, pengalaman perjalanan sebelumnya, tujuan wisata, waktu, alasan perjalanan, tipe perjalanan, dan aktivitas khusus.
Permasalahan yang sering ditemui saat membawa anak bepergian, seperti paparan sinar matahari, keamanan perjalanan, gigitan nyamuk, gigitan hewan, envenomation, penyakit menular seksual pada remaja, diare, higienitas makanan, dehidrasi, rehidrasi oral, dan altitude illness.
Beberapa tips yang perlu diperhatikan pada anak, diantaranya hindari kontak dengan orang sakit, hindari makanan yang kurang higienis, masker, vaksin, pakaian, anak-anak selalu dalam pengawasan saat berwisata air.
Tips agar berwisata dengan anak tetap aman dan menyenangkan yaitu keberhasilan perjalanan dengan anak bergantung pada perencanaan perjalanan dari perspektif anak, anak mudah bosan dalam perjalanan sehingga perlu menyiapkan banyak kegiatan, membagi perjalanan panjang menjadi perjalanan-perjalanan kecil akan memudahkan, pemilihan moda transportasi tempat duduk penting bagi anak dan keluarga.
Pada sesi terakhir, dr. Dewa membawakan materi yang berjudul “Berwisata Aman dengan Lansia”. Ia mengatakan bahwa di Yogyakarta presentasi usia lanjut tertinggi di Indonesia 2x lipat presentase nasional, umur harapan hidup usia 60 tahun di Yogyakarta itu lama, misalnya berumur 60 tahun, kira-kira harapan hidup perempuan dan laki-laki berbeda, lebih lama perempuan dari pada laki-laki. Usia harapan hidup tertinggi Yogyakarta ada kemungkinan, para lansia di Yogyakarta atau di luar Yogyakarta mencari tahu kenapa usia harapan hidupnya tinggi lewat wisata inti sehingga hal-hal yang perlu diperhatikan ada kebutuhan khusus usia lanjut, misalnya check-up kesehatan, monitoring kesehatan karena di Yogyakarta layanan kesehatan cukup baik dan cukup lengkap sehingga menjadi istilahnya semacam penjelasan kenapa umur harapan hidup di jogja cukup lama. Lansia mempunyai keinginan berwisata sama dengan usia muda, usia lanjut mempunyai waktu luang lebih lama karena pada posisi istirahat atau pensiun, uang cukup, dan fisik relatif sehat.
Penilaian faktor risiko pada usia lanjut sangat berkaitan dengan konsep, misalnya: proses menua, dampak proses menua, dan dampak proses penyakit. Lansia tanpa penyakit mengalami penurunan fungsi organ, sistem, penampilan individu, daya adaptasi terhadap lingkungan sudah menurun, dan keluhan yang dirasakan merupakan maladaptasi kegiatan. Keluhan tersebut diatasi dengan upaya tanpa obat.
Menurutnya jenis kegiatan outdoor pada lansia adalah kegiatan outdoor di sekitar tempat tinggal, contohnya aktivitas sosial, aktivitas keagamaan, aktivitas terkait kesehatan, aktivitas ekonomi dan rekreasi ke obyek-obyek wisata, contohnya wisata religi, wisata alam, wisata budaya dan seni, wisata edukatif. Rekreasi yang paling banyak dipilih lansia adalah wisata religi mungkin akan mendorong tercapainya quality of life yang stabil.
Sebuah penelitian, menyatakan bahwa manfaat wisata pada lansia dapat menurunkan risiko kematian karena berkaitan dengan fungsional membaik, fungsi sistem saraf otonom membaik, kesehatan psikologis membaik.
Beberapa tips wisata yang aman pada lansia, antara lain: periksa kesehatan sebelum berwisata, tidak berwisata sendiri (sebaiknya bersama keluarga/teman), pilih transportasi dan lokasi wisata aman dan ramah pada lansia, siapkan kebutuhan penting lansia di tas yang selalu dibawa (KTP, obat, dan lain-lain), minum air yang cukup, berhati-hati memilih makanan dan minuman, jangan terlalu banyak membawa barang, gunakan pakaian dan alas kaki yang nyaman, bawa alat bantu bila perlu.
Tips berkendara aman pada lansia, yaitu lakukan persiapan matang sebelum berkendara (pastikan kendaraan baik, tubuh sehat, sopir dan penumpang wajib menggunakan seat-belt, lakukan perjalanan pada cuaca yang baik dan hindari berkendara pada malam hari, jangan makan, minum, dan menggunakan ponsel saat berkendara, patuhi rambu-rambu lalu lintas.
dr. Dewa menjelaskan manfaat wisata religi pada lansia, yaitu dapat mengurangi beban pikiran, menghilangkan dahaga kebutuhan spiritual, mendekatkan diri kepada pencipta, sarana dalam mengenal diri sendiri serta tujuan kehidupan, sarana untuk lebih mengingat kematian, momen untuk merefleksikan batin, menambah wawasan keagamaan, memperoleh ketenangan, peningkatan aspek religiusitas yang berdampak pada kebahagiaan lansia, peningkatan kualitas hidup lansia, sebagai tempat lansia memenuhi kebutuhan sosial mereka, salah satu upaya peningkatan iman. Ia juga menyebutkan wisata religi di Yogyakarta, antara lain masjid Kota Gede, masjid Pathok Nagoro, Masjid Kauman, Pura Vaikuntha Vyomantara, Klenteng Gondomanan, Gereja Ganjuran, Klentheng Poncowinatan, Sendang Sriningsih.
Acara ini diadakan Minggu, 10 Juli 2022 lalu melalui media daring. Untuk menonton webinar ini secara lengkap, pembaca dapat mengunjungi Youtube Kagama Channel.